LAPORAN PRODUKSI TERNAK UNGGAS
“TATA LAKSANA PEMELIHARAAN DAN PERFORMA AYAM BROILER”
Oleh
:
Nama : Yoga Agung Pangestu
Npm : E1C014059
Shift : Selasa/ Pukul 10.00
WIB
Dosen
Pembimbing: 1. Ir.Kususiyah,MP
2.
Hardi Prakoso, Ir,MP
Nama
co ass : 1. Ronal Ambar Surau
Iman 5. Mafika Sari
2.
Eko NurulHadi 6.
Indra Cibro
3.
Hadi Kartiko 7. Juli Erawati
4.
Indah Lestari
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak pada
peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Meningkatnya
kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya
protein hewani juga turut meningkatkan angka perminataan produk
peternakan. Daging banyak dimanfaatkan olehmasyarakat karena mempunyai
rasayang enak dan kandungan zat gizi yangtinggi.Salah satu sumber daging
yangpaling banyak dimanfaatkan olehmasyarakat Indonesia adalah ayam.Daging ayam
yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan ayam broiler,
petelur afkir, dan ayam kampung.
Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal
ternak dan merupakan komoditas unggulan.Industri ayam broiler berkembang pesat
karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen.Daging ayam broiler mudah
didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional.Produksi daging ayam broiler
lebih besar dilakukan oleh rumah potong ayam modern dan tradisional.Proses
penanganan di RPA merupakan kunci yang menentukan kelayakan daging untuk
dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam (RPA) atau tempat pendistribusian
umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang memadai, namun tidak dapat
dihindari adanyakontaminasi dan kerusakan selama prosesing dan distribusi.
1.2. Tujuan
1)
Mahasiswa dapat mengetahui
manajemen atau cara-cara pengelolaan ayam broiler pada pemeliharaan ayam
broiler
2)
Mahasiswa dapat mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan manajemen ayam broiler
3)
Mahasiswa dapat mengetahui
cara pemeliharaan ayam broiler yang baik dan bagaimana cara pemberian pakan,
minum, obat-obatan dan vaksinasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa genetik yang
memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai
penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lemat,
timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit. Ayam broiler
adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5 sampai 6 minggu
dengan tujuan sebagi penghasil daging (Suprijatna et al., 2005).
Ayam broiler telah dikenal masyarakat dengan berbagai
kelebihannya, antara lain hanya 5 sampai 6 minggu sudah siap dipanen. Ayam yang
dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih dan cepat tumbuh
(Rasyaf,2008).
Ayam broiler memiliki keunggulan dalam pertumbuhan karkas
yang baik dan dalam waktu yang singkat. Pertumbuhan karkas yang cepat
dipengaruhi oleh faktor genetis dari ayam broiler, aktivitas ayam dan
lingkungan. Aktivitas ayam harus dibatasi dan dihindarkan dari pengaruh buruk
lingkungan, salah satunya dengan pemeliharaan ayam secara intensif di dalam
kandang. Pengaruh buruk lingkungan dapatdihindari dengan pengaturan
bagian-bagian kandang seperti dinding yang dilengkapi dengan tirai dan mengatur
kerapatan antar slat pada lantai kandang (Ardiani, 2012).
Tujuan pembuatan kandang adalah untuk menyediakan suasana
yang nyaman bagi ternak dengan biaya serendah mungkin. Lebih lanjut dikatakan
bahwa ada 3 masalah utama yang harus diperhatikan dalam tata laksana
perkandangan yaitu kondisi biologis ayam, ekonomi (nilai kandang) dan teknik
pertukangan yang berhubungan dengan bentuk kandang (Wihandoyo, 2008).
Kandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan
kenyamanan bagi ayam, mudah dalam tata laksana pemeliharaan, dapat memberikan
produksi yang optimal, memenuhi persyaratan kesehatan, bahan kandang mudah
didapat dan murah harganya. Bangunan kandang yang baik adalah bangunan yang
memenuhi persyaratan teknis sehingga kandang tersebut bisa berfungsi untuk
melindungi ternak terhadap lingkungan yang merugikan, mempermudah tata laksana,
menghemat tempat, menghindarkan gangguan binatang buas dan menghindari ayam
kontak langsung dengan ternak unggas yang lain serta penggunaan tenaga kerja
dapat efisien (Prihatman, 2000).
Kandang sistem closed
house adalah kandang
tertutup yang menjamin keamanan secara biologi (kontak dengan organisme lain)
dengan pengaturan ventilasi yang baik sehingga lebih sedikit stress yang
terjadi pada ternak. Tujuan membangun kandang closed
house adalah Untuk
menyediakan udara yang sehat bagi ternak (sistem ventilasi yang baik) yaitu
udara yang menghadirkan sebanyak-banyaknya oksigen, dan mengeluarkan sesegera
mungkin gas-gas berbahaya seperti CO2 dan amonia. Tujuan lainnya yakni menyediakan iklim yang
nyaman bagi ternak. Membuat iklim yang kondusif bagi ternak dapat dilakukan
dengan cara mengeluarkan panas dari kandang yang dihasilkan dari tubuh ayam dan
lingkungan luar, menurunkan suhu udara yang masuk serta mengatur kelembaban
yang sesuai. Chilling effect (angin berembus) untuk
menciptakan iklim yang sejuk dan nyaman bagi ayam, alat yang digunakan yaitu
seperti kipas angin (blower). Bila chilling
effect tidak mampu mencapai
iklim yang diiginkan terutama pada daerah yang terlampau panas maka dapat
digunakan cooling system,
yaitu sistem pendingin dengan mengalirkan air pada alat-alat yang berupa cooling pad, cooling net atau cell deck.Pakan adalah
campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada
ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi
pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi. Agar pertumbuhan dan reproduksi
maksimal jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus
memadai (Wihandoyo, 2008).
Kebutuhan protein ayam semakin menurun seiring dengan
pertambahan umur ayam. Kebutuhan protein untuk umur 0 sampai 3 minggu sekitar
23%, kebutuhan protein lebih banyak jika dibandingkan umur 3 sampai 6 minggu
yaitu sekitar 20% dan pada umur 6 sampai 8 minggu kebutuhan protein hanya 18%
(Sidadolog, 2011).
Peranan pakan dalam usaha peternakan ayam broiler sangat
menentukan laju pertumbuhan dan kualitas daging. Pakan yang diberikan harus
mengandung energi, protein, vitamin dan mineral dalam susunannya yang seimbang
diharapkan mampu menghasilkan performa ayam yang baik. Dalam pemberian pakan
dikenal dalam tiga bentuk yaitu mash, pellet dan crumble.
Pembagian kandungan pakan dan bahan makanan dibagi menjadi beberapa kandungan
pakan berdasarkan fungsi dan tujuan penggunaan dalam tubuh yaitu sumber energi
(karbohidrat, lemak, protein dan ikatan organik lainnya seperti alkohol dan
asam-asam organik), zat pembangun (protein, lemak, air dan mineral), zat
penunjang (vitamin, mikroelemen, antibiotika), zat pendamping (lignin, suberin,
cutin, lilin) (Sidadolog, 2011).
Feed intake adalah jumlah
pakan yang dikonsumsi ternak dimana merupakan selisih pakan yang diberikan
dengan pakan yang tersisa. Penggunaan pakan secara biologis pada unggas dan
makhluk organisme lainnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan untuk
mempertahankan kondisi tubuh (maintenance), pertumbuhan (growth), dan produksi. Konsumsi pakan antara lain dipengaruhi oleh
berat badan, produksi telur, kualitas pakan, metode pemberian pakan, kesehatan
ayam, temperatur lingkungan, bentuk pemeliharaan, dan tempat pakan (Sidadolog,
2011).
Tingkat konsumsi pakan pada ayam cenderung
dipengaruhi oleh tingkat energi pakan, maka kandungan nutrient dalam pakan
perlu disesuaikan dengan tingkat energi dan protein. Kebutuhan energy untuk
ayam broiler adalah 3200 kcal ME/kg berat badan dengan protein kasar 20% untuk
ayam umur 3-6 minggu. Pakan minimal yang diberikan setiap minggu selama masa
pemeliharaan lima minggu berturut-turut adalah 13 g, 33 g, 48 g, 65 g, dan 88 g
per ekor per hari (Jahja, 2000).
Gain (pertumbuhan) adalah proses pertambahan berat hidup sejak
pembuahan dan lahir hingga mencapai berat dan ukuran dewasa. Pertumbuhan
merupakan hasil interaksi antara bibt, ransum, dan tata laksana yang baik untuk
menjamin suksesnya setiap usaha peternakan ayam broiler (Sidadolog, 2011).
Pertumbuhan hewan ditentukan oleh takaran makanannya, bila
takaran makanannya tinggi maka pertumbuhannya juga cepat dan hewan akan
mencapai suatu berat badan tertentu pada umur dewasa . faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ayam hingga dewasa adalah pakan, genetik, cara pemeliharaan,
lingkungan, dan penyakit (Jahja, 2000).FCR (feed convertion ratio) atau konversi pakan adalah besarnya perubahan dari pakan
yang dikonsumsi menjadi pertambahan berat badan (Murni, 2009).
FCR menggambarkan tingkat efisiensi
penggunaan pakan oleh ternak. FCR merupakan hasil pembagianfeed intake dengan gain
pada waktu pemeliharaan yang sama (Widodo, 2012). Semakin kecil angka konversi
pakan menunjukkan semakin baik efisiensi penggunaan pakan. Bila angka
perbandingan kecil, berarti kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan
tidak terlalu banyak untuk meningkatkan berat badannya (Sidadolog, 2011).
Umur ayam ketika 15 hari diberikan vaksinasi ND melalui air
minum. Menurut Widodo (2012), vaksin aktif disimpan pada suhu 2 sampai 80C. Vaksin aktif harus segera dipakai setelah dilarutkan dan
harus habis dipakai dalam jangka waktu 2 jam setelah dilarutkan. Program
vaksinasi bertujuan untuk memperoleh tingkat kekebalan yang tinggi terhadap
penyakit dan dapat mencegah beberapa penyakit tertentu. Penyakit-penyakit yang
termasuk program vaksinasi yaitu mareks, New Castle Disease,Infectious
Bronchitis, Avian
Encephalomyelitis, Avian
Influenza, gumboro, Fowl Pox, dan, Egg Drop Syndrome. Jenis
vaksin yang diberikan yaitu MD (CVI 988), Coccivac, ILT, ND Clone +IB, MB,
Coryza.Menurut Rasyaf (2008), tindakan
sanitasi meliputi pembersihan dan desinfeksi secara teratur terhadap kandang,
peralatan, dan kendaraan di peternakan dan memelihara kebersihan pekerja (cuci
tangan, kaki, sepatu dan lain lain.
Biosecurity merupakan serangkaian kegiatan yang memiliki
tujuan utama meminimalkan keberadaan penyakit, meminimalkan kesempatan agen
penyakit berkembang biak.Bisecurity dapat
dilakukan dengan pencegahan penyakit melalui manusia yaitu dengan cara
membatasi orang atau kendaraan yang masuk kekandang. Pencegahan penyebaran
penyakit melalui ayam yaitu dengan cara segera keluarkan ayam yang mati dalam
kandang setiap hari, jika ada ayam yang menunjukkan gejala sakit segera isolasi
ke kandang isolasi. Pencegahan penyakit melalui peralatan yaitu sistem all in
all out akan membantu pencegahan penyebaran penyakit dari ayam tua ke ayam
muda. Pencegahan penyakit melalui vektor. Vektor penyebab penyakit seperti
tikus, burung liar, serangga, parasit internal dan eksternal harus diberantas
(Widodo, 2012).
Menurut Prihatman (2000), tindakan sanitasi meliputi
pembersihan dan desinfeksi secara teratur terhadap kandang, peralatan, dan
kendaraan di peternakan dan memelihara kebersihan pekerja (cuci tangan, kaki,
sepatu dan lain lain. Pembersihan dan desinfeksi yang sering diberi nama
dekontaminasi adalah pembuangan atau netralisasi organism penyakit (virus,
bakteri, parasit, jamur) melalui proses pembersihan dan desinfeksi. Pembersihan
dan desinfeksi merupakan komponen kunci dari biosekuriti rutin di peternakan
broiler. Adapun agen yang dapat mengendalikan organisme penyebab penyakit
meliputi deterjen berfungsi sebagai pembersih; desinfektan; sinar matahari
(sinar UV) dan panas (api, uap).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Bahan
dan Alat
ü Sapu lidi dan Sapu ijuk
ü Ember
ü Air
ü Kuas
ü Desinfektan
ü Sprayer
ü Plastik tirai kandang
ü Kapur tembok
ü Tempat pakan yang sudah di sanitasi
ü Tempat minum yang sudah di sanitasi
ü Brooder ( indukan)
ü Brooder Guard (pembatas Indukan
)
ü Tapas
ü Brooder yang telah di sanitasi
ü Brooder guard yang telah di sanitasi
ü Sekam padi
|
ü Kertas koran
ü Kandang brooding yang telah di sanitasi
ü DOC ( day Old Chick ) broiler
ü Gula merah
ü Air minum
ü Pakan
ü Tali
ü Paku
ü Kandang bateray atau petak
kandang lantai liter
ü Anak ayam selepas masa
brooding( umur 2 minggu )
ü Tempat pakan dan Tempat minum
(untuk setiap petak kandang liter)
ü Vaksin
|
3.2 Cara
Kerja
3.2.1 Cara Kerja sanitasi kandang
1) Menyapu lantai kandang sampai bersih dengan
menggunakan sapu ijuk.
2) Membersihkan lantai kandang dengan air
sumur/ledeng, dengan mengggunakan sapu lidi supaya air tidak menggenang pada
lanntai kandang.
3) Menggulung plastik tirai kandang supaya
kandang cepat kering.
4) Setelah kandang kering, mengapur lantai
kandang dan dinding kandang ( lebih kurang setengah meter )
5) Setelah mengapur kandang dan kering,
menurunkan semua tirai kandang.
6) Melarutkan desinfektan sesuai aturan
pemakaian dan memasukkan ke dalam sprayer.
7) Menyemprotkan desinfektan tersebut ke seluruh
lantai dan diniding kandang.
3.2.2 Cara Kerja sanitasi peralatan kandang
1)
Mencuci tempat pakan dan tempat minum dengan air sumur atau air ledeng.
2)
Membilas tempat pakan dan tempat minum yang telah di bersihkan tersebut
dengan larutan desinfektan kemudian membiarkannya kira- kira selama 10 menit.
3)
Selanjutnya membilas dengan menggunakan air bersih dan jemur sampai
kering.
4)
Memasukkan tempat pakan dan tempat minum yang sudah bersih tersebut
ke dalam kandang yang di sanitasi.
5)
Menyemprot brooder dengan larutan desinfektan, lalu memjenurnya sampai
kering.
6)
Mengapur brooder guard dengan kapur dinding dan membiarkannya kering,
kemudian menyemprot nya dengan larutan desinfektan.
7)
Memasukkan brooder dan brooder
guard tersebut ke dalam kandang yang sudah di sanitasi.
3.2.3
Cara Kerja menyiapkan kandang brooder
1)
Menaburkan sekam padi ( liter) setebal 5 cm di atas lantai kandang yang
telah di sanitasi
2)
Memasang brooder yang telah di pasang lampu
3)
Memasang brooder guard dengan membentuk lingkaran
4)
Memasang kertas koran di atas liter
5)
Menyalakan lampu brooder dan letakkan termometerdi atas liter pada
ketinggian lebih kurang 10 cm
6)
Memperhatikan temperaturnya sampai stabil. Temperatur untuk minggu
pertama adalah 950 F ( 350 C).
3.2.4 Cara kerja pemeliharaan masa Brooding
1) Saat DOC tiba, kita memasukkan air minum
yangdi beri gula merah ( 2 % ) ke dalam tempat air minum
2) Mengeluarkan DOC dari box nya kemudian
memasukkan ke dalam lingkaran kandang brooding yang telah di siapkan dan sudah
di sanitasi
3) Membiarkan DOC minum air gula tersebut sepuas
nya
4) Setelah DOC cukup minum, menaburkan pakan
pada kardus bekas box DOC dan meletakkannya di atas liter
5) Menyalakan lampu brooder sepanjang siang dan
malam selama satu minggu pertama
6) Memperhatikan sebaran anak ayam
7) Setelah anak ayam berumur tiga hari, tempat
pakan di ganti dengan tempat pakan lingkaran
8) Menghitung pakan yang di komsumsi mingguan dengan menghitung
jumlah pakan yang di sediakan pada awal minggu dengan sisa pakan pada akhir
minggu
9) Menimbang berat badan ayam tersebut sebanayak
5 ekor sebagai sampel dan menandai dengan menggunakan cat warna pada setiap
kelompok
10) Menghitung konversi pakan dengan cara
membandingkan rataan jumlah konsumsi pakan perekor denagan rataaan pertambahan
berat badan
11) Mencucui tempat minum setiap pagi dan sore
12) Menghitung suhu dalam kandang pada pagi,
siang , sore dan malam.
3.2.5 Cara kerja pemeliharaan selepas
brooding
1) Menyediakan tempat pakan dan minum ke dalam petak
kandang.
2) Mengambil 5 ekor anak ayam dan menimbang untuk
mengetahui berat awal nya.
3) Memasukkan anak ayam tersebut ke dalam petak kandang.
4) Menimbang berat anak ayam seminggu sekali.
5) Mencatat konsumsi pakannya setiap minggu
6) Menghitung konversi pakannya.
7) Membuat grafik pertumbuhan ayam tersebut.
8) Memberikan pakan dan minum secara berkala.
9) Memelihara ayam sampai umur 6 minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Ø
Tabel 1.
Komsumsi Ransum Ayam Broiler Umur 1-5
Minggu
Umur
|
Konsumsi Ransum ( gr/Ekor )
|
1 Minggu
|
156,6
gr/Ekor
|
2 Minggu
|
373,4
gr/Ekor
|
3 Minggu
|
350 gr/Ekor
|
4 Minggu
|
1025 gr/Ekor
|
5 Minggu
|
1187 gr/Ekor
|
Ø
Tabel 2. Berat
Badan Ayam Broiler Umur 0-5 Minggu
Umur
|
Berat Badan ( gr/Ekor )
|
0 Minggu
|
41
gr/Ekor
|
1 Minggu
|
172 gr/Ekor
|
2 Minggu
|
432,5
gr/Ekor
|
3 Minggu
|
775 gr/Ekor
|
4 Minggu
|
1337,5
gr/Ekor
|
5 Minggu
|
1775 gr/ekor
|
Ø
Grafik
Pertumbuhan Ayam Broiler Umur 0-5 minggu
Ø
Tabel 3
Pertambahan Berat Badan Ayam Broiler Umur 1-5 Minggu
Umur ( Minggu )
|
Berat badan ( gr/Ekor )
|
0 -1 Minggu
|
172-41= 131 gr/Ekor
|
1 -2 Minggu
|
432,5-172=260,5 gr/Ekor
|
2- 3 Minggu
|
775-432,5=342,5 gr/Ekor
|
3- 4 Minggu
|
1337,5-775=562,5 gr/Ekor
|
4 – 5Minggu
|
1775-1337,5=437,5 gr/Ekor
|
Ø
Tabel 4
Konversi Ransum Ayam Broiler Umur 1-5 Minggu
Umur
|
Konversi ransum ( gr )
|
1 Minggu
|
156,6 : 131 = 1,195gr
|
2 Minggu
|
373,4
: 260,5= 1,433 gr
|
3 Minggu
|
350 : 342,5=
1,021 gr
|
4 Minggu
|
1025 : 562,5= 1,822 gr
|
5 Minggu
|
1187 : 437,5= 2,713 gr
|
Ø Biaya Ransum Keseluruhan Selama
Pemeliharaan Ayam Broiler 1-5 Minggu
Ø
Pada ransum untuk Fase Starter ( 3
minggu pertama ) yaitu :
BR I dengan jumlah konsumsi =
880gr/ekor = 0,88 kg / ekor
Harga 1 kg BR I = Rp 7.700,00
Untuk masa starter biaya pakan yang
di konsumsi = 0,88 X Rp
7.700,00 = Rp 6.776,00/ekor.
Ø
Pada Ransum untuk Fase Finisher ( 2
minggu terakhir ) yaitu:
BR II dengan
jumlah = 2212 gr/ekor = 2,212 kg / ekor
Harga 1 kg BR
II yaitu = Rp 7.600,00
Untuk masa finisher biaya pakan yang di konsumsi = 2,212 X Rp
7.600,00 = Rp 16.811,2/ekor
Jadi, Untuk biaya
pakan keseluruhan selama pemeliharaan = Rp 6.776,00/ekor + 16.811,2/ekor = Rp
23.587,2/ekor
Ø IOFC =
= ( Harga jual ayam/kg X berat badan
) - biaya pakan
= (Rp
17.000,00 X 1, 775 kg) – Rp 23.587,2
= Rp 30.175,00 - Rp 23.587,2
= Rp
6.588,00
Ø
IOFCC =
= Rp 6.588,00– Rp 4.500,00
= Rp 2.088,0
4.2. Pembahasan
Pada praktikum mata kuliah produksi ternak unggas yang kami
lakukan pertama kali adalah sanitasi kandang. Sanitasi kandang sendiri berarti
mensterilkan kandang yang meliputi pengapuran kandang dan menyemprot kandang
dengan desifektan yang telah dilarutkan dengan air. Kemudian sanitasi terhadap
peralatan kadang yang meliputi pencucian tempat pakan dan tempat minum kemudian
membilasnya dengan desinfektan.
Ayam yang kami pelihara dalam
praktikum ini adalah jenis ayam pedaging putih atau ayam broiler. Pemeliharaan
dilakukan selama 5 minggu. Pada minggu pertama dan kedua DOC atau anak ayam
broiler dipelihara dalam kandang indukan yang dilengapi denga pemanas
(brooding). Pada miggu ke tiga samapai minggu ke lima ayam dipelihara dalam kandang
kelompok. Pada kelompok saya terdapat empat ekor ayam yang dipelihara.
Pemelihraan
ayam broiler yang kami lakukan terdapat dua fase yaitu fase starter (fase awal)
dan fase finisher. Kedua fase pemeliharaan tersebut kami lakukan selama 5
minggu. Pada fase starter ayam di beri ransum berupa BR I selama 3 minggu
pertama dengan rata-rata konsumsi pakan 0,88 kg/ekor. Dengan pemeberian pakan
tersebut ayam mengalami perubahan pertambahan berat badan, dengan berat awal
DOC 41gr/ekor ayam, pada minggu pertama berat ayam menaik 172 gr/ekor, kemudian
pada minggu ke-2 berat badan ayam menaik menjadi 432,5 gr/ekor, sedangkan untuk
minggu ke-3 berat ayam menjadi 775 gr/ekor.
Untuk fase finisher (minggu ke 4 – 5) pakan di ganti dengan BR II,
dengan rata-rata konsumsi pakan ayam broiler yaitu 2,212 kg/ekor, dan pada fase
ini ayam mengalami pertumbuhan yang paling cepat yaitu dari minggu ke-3 775
gr/ekor menaik pada minggu ke-4 menjadi 1337,5 gr/ekor, pakan
yang dikonsumsi pada minggu ke 4 lebih banyak dari minggu sebelumnya. Dan pada masa finiser bobot badan
ayam broiler berkisar antara 1,3375 kg/ekor
dalam jangka waktu pemeliharaan 4 minggu. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan berat badan ayam salah satunya yaitu pakan. Apabila
takaran pakan yang diberikan tiggi maka pertumbuhanya lebih cepat. Hal ini
separti pernyataan Jahja, (2000) Pertumbuhan
hewan ditentukan oleh takaran makanannya, bila takaran makanannya tinggi maka
pertumbuhannya juga cepat dan hewan akan mencapai suatu berat badan tertentu
pada umur dewasa. faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam hingga dewasa
adalah pakan, genetik, cara pemeliharaan, lingkungan, dan penyakit.
Pada
pemeliharaan ayam broiler ini juga dilakukan juga vaksinasi sebanyak 2 kali,
yaitu pada minggu pertama menggunakan vaksin ND (tetes mata) yang menggunakan
pelarut dapar, pemberiannya dengan cara meneteskan vaksin ND di mata ayam kemudian
dilakukan lagi vaksinasi pada saat proses pemeliharaan yaitu minggu ke-3 dengan
menggunakan vaksin ND (minum). Hal ini sesuai dengan pernyataan Widodo (2012), Umur ayam
ketika 15 hari diberikan vaksinasi ND melalui air minum. Vaksinasi pada ayam dilakukan supaya
ayam tidak mudah terinfeksi dari virus atau bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit ataupun kematian pada ayam.
Setelah
pada proses pemeliharaan, dilakukan pemanenan. Pemanenan dilakukan pada saat
ayam umur 5 minggu. Dan dilakukan penimbangan bobot badan akhir dengan cara
menimbang semua jumlah total ayam sebelum di jual. Untuk hal demikian dilakukan
penghitungan Income Orer Fad Cose (IOFC)
untuk mengetahui pendapatan dengan menentukan biaya pakan, yaitu Rp 6.588,00ekor.
Sedangkan untuk Income Orer Fied and Chick Cose (IOFCC) atau keuntungan yaitu :
Rp 2.088,00/ekor.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pemeliharaan ayam
broiler di kandang Peternakan Universitas Bengkulu didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
a.
Keuntugan dari
pemeliharaan ayam broiler mencapai Rp Rp 2.088,00/ekor
ayam yang di pelihara dengan konversi ransum yang berkisar dari 1,195gr sampai
2,713 gr, bobot berat badan ayam masa pemanenan 1,775 kg/ekor.
b.
Dalam
pemeliharaan ayam broiler hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu pemilihan bibit
ayam potong menejemen perkandagan, menejemen pemberian pakan, dan menejemen
pemeliharaan agar performer
ayam broiler lebih maksimal.
5.2. Saran
Saran utkuk praktikan agar dapat menjaga
kekompakan pada saat proses praktikum atau proses pemeliharaan ayam broiler
serta agar praktikan dapat lebih memperhatikan menejemen pemberian pakan dan
minum pada ternak ayam broiler agar didapatkan hasil yang maksimal. Selain itu
praktikkan juga harus lebih memperhatiakan kebersihan lingkungan kandang agar
ternak ayam boiler tidak terserang irus atau bakteri penyebab peyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiani, M. 2012. Sistem Perkandangan Ayam Broiler di Jatmiko
Farm. Tugas Akhir. Diploma III Kesehatan Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas
Gadjah Mada.Yogyakarta.
Jahja, Y. 1995. Ayam Sehat Ayam Produktif. Edisi
2. Egustria.
Murni, M. C. 2009. Mengelola Kandang dan Peralatan Ayam
Pedaging. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pertanian, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Prihatman, K. 2000. Budidaya Ayam Ras Pedaging. Deputi
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek. Jakarta.
Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sidadolog, J.H.P. 2011. Manajemen Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R, Kartasudjana.
2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Widodo, A., W. Sarengat, dan E. Suprijatna. 2012.
Pengaruh Lama Periode Pemberian Pakan
terhadap Laju Pertumbuhan pada Beberapa Bagian Tubuh Ayam Pelung Umur 1-11
Minggu. Animal Agriculture Journal, Vol.1 No.2. Fakultas Peternakan dan
Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
Wihandoyo., Heru Sasongko., Sri Sudaryati., Tri Yuwanta. 2008. Industri Ternak Unggas. Laboratorium
Ternak Unggas.bagian Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar