Sabtu, 20 Desember 2014

cara menyatakan konsentrasi larutan



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

SISUSUN
Nama                   : Yoga Agung Pangestu
NPM                    : E1C014059
Prodi                    : PETERNAKAN
Kelompok            : 5 (LIMA)
Hari/jam              : Selasa/ 14:00 wib
Tanggal               : 11 November 2014
Ko-Ass                 : -    Jhon fernanta Sipayung
-         Nofitri Yenti
Dosen                   : Fitri Elecrika Dewi S., STP, M,Sc
Objek Praktikum          : CARA MENYATAKAN KONSENTRASI
   LARUTAN

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Saat berbicara masalah larutan, kita pasti berbicara juga tentang pelarut, dimana jumlahnya lebih besar dan solut atau zat terlarut yang jumlahnya lebih kecil. Hal ini sudah biasa namun tidak selalu dapat diikuti, kadang pelarutnya mempunyai jumlah lebih kecil dari terlarutnya dalam beberapa kasus. Larutan H2SO4 contoh dari kasus ini. Kita menemukan bahwa air sebagai pelarut walaupun kuantitasnya kurang dari H2SO4 (Rivai, 1995).
Larutan dapat didefenisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih. Dalam larutan (solution) dikenal dua macam unsur, yaitu zat terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent). Adapun larutan di dalam air dinamakan aqueous solution. Biasanya kita mengambil zat yang banyak sebagai pelarut dan yang sedikit sebagai zat terlarut. Karena fase yang ada berupa zat padat, cair, dan gas, maka dikenal ada sembilan kemungkinan larutan. Adapun larutan yang penting adalah : gas dalam cair, cair dalam cair,dan  padat dalam cair. Adapun di dalam praktikum hanya akan dibahas larutan cair dalam cair (Sukardjo, 1990)
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan zat pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekat atau konsentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat yang terlarut sedikit sedangkan pelarutnya sangat banyak, maka dapat dikatakan bahwa larutan itu encer atau konsentrasinya sangat rendah.(Brady, 1990)
Konsentrasi dari larutan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam cara. Cara-cara ini dapat dibagi dua, yaitu :
1. Massa zat terlarut dalam sejumlah massa pelarut atau larutan, dan
2. Massa zat terlarut dalam sejumlah volume larutan.
Masing-masing mempunyai keuntungan, karena konsentrasi di sini tidak dipengaruhi temperatur.
( Sukardjo, 1990 )

1.2 Tujuan Percobaan
1.      Menjelaskan berbagai satan konsentrasi larutan.
2.      Mampu membuat larutan pada berbagai konsentrasi.


                                                         BAB II     
TINJAUAN PUSTAKA
Bila dibandingkan dengan suspensi, dilihat dari ukuran partikel maka larutan adalah kebalikan dari suspensi. Dalam suatu larutan baik dari zat terlarut maupun zat pelarut ukurannya adalah sebesar molekul atau ion. Partikel ini tersebar secara merata (Brady, 1990).
Konsentrasi larutan diperlukan untuk mengetahui komponen-komponen dari larutan, dimana pada konsentrasi larutan ini menyatakan kualitas zat pelarut (larutan), sehingga konsentrasi larutan harus menyatakan butir-butir standarisasi yang digunakan untuk zat terlarut. Unsur pH, serta konsentrasi pada zat terlarut dan pelarut sangatlah berpengaruh terhadap pembuatan larutan dan standarisasinya (Coles, 1996).
Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah suatu cairan yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Dalam suatu titrasi satu cairan mengandung reaktan yang ditempatkan pada biuret. Memakai skala titran yang ditambah dengan indikator mo. Indikator menandai habisnya titras. Titrasi biasanya terjadi pada asam, basa dan ditandai dengan adanya perubahan warna (Hadyana, 1990).
Proses standarisasi diperlukan untuk mengetahui besar konsentrasi sesungguhnya dari larutran yang dihasilkan. Cara yang digunakan bermacam – macam, yaitu misalnya titrasi dapat digunakan jika konsentrasinya diketahui. Standarisasi secara titrasi dapat digunakan dengan bahan baku primer yakni bahan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan murni yang dilarutkan dalam volume larutan yang terjadi. Larutan yang dibuat dari bahan baku primer disebut larutan bahan baku primer (Haryadi, 1996).
Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom, ataupun ion dari dua zat atau lebih.Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun (Keenan, 1999).
Menyebutkan komponen-komponen dalam larutan saja tidak cukup memberikan larutan secara lengkap, informasi tambahan diperlukan, yaitu konsentrasi larutan.banyak cara untuk memerikan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas zat pelarut (Ralph,1990).


BAB III
METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan
Adapaun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain : pipet ukur, pipet gondok, neraca analitik, botol semprot, kaca arloji, labu ukur, bola hisap, sikat tabung reaksi, dan corong, H2SO4, NaCl, NaOH, Etanol, KlO3, HCl, Asam Oksalat, dan Urea.

3.2 Cara Kerja                       
3.2.1 Membuat larutan NaCl 1 %
Menimbang sebanyak 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian melarutkan dngan aquades didalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.
3.2.2 Membuat larutan etanol 5 %
Mempipet sebanyak 2,5 ml etanol absolut dengan pipet ukur, kemudian memasukkannya ke labu ukur 50 ml. Tambahkan aquades sampai tanda batas. Kocok sampai homogen.
3.2.3 Membuat larutan 0,01 M KlO3 (Mr. 214 gram/mol)
Menibang sebanya 0,107 gram KlO3 dengan neraca analitik, kemudian memasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, lalu melarutkan dengan aquades sampai tanda batas labu ukur.
3.2.4 Membuat larutan 0,01 M H2SO4 (Mr. 98 gram/mol)
Mempipet sebanyak 0,5 ml H2SO4 dengan pipet ukur, kemudian mengencerkannya dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
Ø  Terlebih dahulu mangisi labu ukur 50 ml dengan aquades, kira-kira 25 ml lalu menambahkan H2SO4 ke dalam labu ukur. Selanjutnya menambahkan lagi aquades sampai tanda batas.
3.2.5 membuat larutan 0,1 N HCl (Mr. 36,5 gram.mol)
Mempipet sebanyak 0,415 ml HCl 37% dengan pipet ukur, kemudian mengencerkannya dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
3.2.6 Membuat larutan 0,1 Asam Oksalat (Mr. H2SO4.2H2O. 126 gram/mol)
Menimbang 0,3151 gram asam oksalat dengan neraca anlitik, kemudian mengencerkannya dengan aquades 50 ml sampai tanda batas.
3.2.7 Membuat larutan 1 N NaOH (Mr. 40 gram/mol)
Menimbang 0,2 gram NaOH, kemudian mengencerkan dengan aquades 50 ml sampai tanda batas.
3.2.8 Membuat larutan 1000 ppm Nitrogen (N2) (Mr. Urea 60 gram/mol)
Menimbang 0,1086 gram urea, kemudian mengencerkan dngan auqades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Membuat larutan NaCl 1 %
Menimbang sebanyak 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian melarutkan dngan aquades didalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.

4.2 Membuat larutan etanol 5 %
Mempipet sebanyak 2,5 ml etanol absolut dengan pipet ukur, kemudian memasukkannya ke labu ukur 50 ml. Tambahkan aquades sampai tanda batas. Kocok sampai homogen.

4.3 Membuat larutan 0,01 M KlO3 (Mr. 214 gram/mol)
Menibang sebanya 0,107 gram KlO3 dengan neraca analitik, kemudian memasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, lalu melarutkan dengan aquades sampai tanda batas labu ukur.

4.4 Membuat larutan 0,01 M H2SO4 (Mr. 98 gram/mol)
Mempipet sebanyak 0,5 ml H2SO4 dengan pipet ukur, kemudian mengencerkannya dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.

4.5 Membuat larutan 0,1 N HCl (Mr. 36,5 gram.mol)
Mempipet sebanyak 0,415 ml HCl 37% dengan pipet ukur, kemudian mengencerkannya dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.

4.6 Membuat larutan 0,1 Asam Oksalat (Mr. H2SO4.2H2O. 126 gram/mol)
Menimbang 0,3151 gram asam oksalat dengan neraca anlitik, kemudian mengencerkannya dengan aquades 50 ml sampai tanda batas.

4.7 Membuat larutan 1 N NaOH (Mr. 40 gram/mol)
Menimbang 0,2 gram NaOH, kemudian mengencerkan dengan aquades 50 ml sampai tanda batas.

4.8 Membuat larutan 1000 ppm Nitrogen (N2) (Mr. Urea 60 gram/mol)
Menimbang 0,1086 gram urea, kemudian mengencerkan dngan auqades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.


BAB V
PEMBAHASAN

5.1  Membuat larutan NaCl 1 %
(% w/v)
= 1 %
5.2  Membuat larutan etanol 5 %
(% v/v)
= 4,76 %
5.3  Membuat larutan 0,01 M KI03 (Mr. 214 gram/mol)
M =
= 0,01 M
5.4  Membuat larutan 0,1 M H2SO4 (Mr. 98 gram/mol)
M =
= 0,1 M
5.5  Membuat Larutan 0,1 NHCl (Mr. 36,5 gram.mol)
Gram 4
N
= 0,1 N
5.6  Membuat Larutan 0,1 N asam oksalat (Mr. H2C2)4. 2 H20. 126 gram/mol)
BE =
= 63
N
= 0,1 N
5.7  Membuat Larutan 1 N NaOH (Mr. 40 gram/mol)
N
=  0,1 N
5.8  Membuat Larutan 1000 ppm Nitrogen (N2) (Mr.urea 60 gram/mol)
ppm =   0,1086   x 106 
              =  50 gram
     ppm = 2172 / gram
            Dari perhitungan yang didapat, kami tidak dapat membandingkan dengan literature lainya, karena ketidak tersediaanya literature yang membahas lengkap mengenai pembuatan larutan tersebut satu persatu. Akan tetapi disini kami mendapati hasil yang tidak jauh berbeda dari Buku Penuntun Praktikum sendiri. Hanya apabila ada kesalaan, semata-mata faktor human error atau kesalahan pada saat perhitungan iru sendiri yang dilakukan oleh praktikan.

BAB VI
PENUTUP


6.1  Kesimpulan

6.1.1 Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut di dalam sejumlah larutan tertentu. Berbagai macam satuan konsentrasi larutan dapat digunakan untuk menjelaskan secara kuantitatif jumlah relatif dari zat terlarut dan pelarut. Berbagai satuan konsentrasi larutan antara lain : Persen Berat (% w/w); Persen Volume (% v/v); Persen Berat per Volume (% w/v); Part Permillion (ppm) & Part Perbillion (ppb); Fraksi Mol (Fx); Molaritas (M); Molalitas (m); dan Normalitas (N).
6.1.2 Pembuatan larutan dari bahan zat padat dan bahan zat cair dengan berbagai konsentrasi dapat dilakukan dengan perlakuan secara langsung dengan pelarutnya yang sesuai. Konsentrasi dari larutan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam cara, yaitu massa zat terlarut dalam sejumlah massa pelarut atau larutan dan massa zat terlarut dalam sejumlah volume larutan.

6.2 Saran
                   Dalam menyatakan konsentrasi larutan kita harus benar-benar mamperhatiakan jumlah dan ukuran zat terlarut dan pelarut yang akan dipakai untuk membuat larutan tersebut. Bacalah buku penuntun dengan cermat agar dapat menghasilkan larutan yang diinginkan. Apabila membuat larutan lebih dari satu, jangan gunakan wadah yang sama secara bergantian apabila belum dibersihkan karena dapat mempengaruhi hasil larutan, atau bersihkan dulu wadah tersebut apabila ingin digunakan untuk membuat larutan yang lain.




BAB VII
JAWABAN PERTANYAAN

7.1   Sebanyak 80 gram H2SO4 dilarutkan dengan 120 gram air. Diketahui : Mr H2SO4 98 g/mol; Mr.air (H2O) 18 g/mol; BJ H2SO4 1,303 g/ml; BJ air 1 g/ml ; dan konsentrasi H2SO4 100%. Hitunglah : a). Persen berat; b).Molalitas; c).Molaritas d).Fraksi mol zat terlarut; e).Fraksi mol pelarut!
Jawab :
·        Mol zat terlarut =  =  = 0,82 mol
·        Mol pelarut =  =  = 6,7 mol
a.  Persen berat =  =  = 40 %.
b. Molalitas =  x  =  x  = 6,80 m
c. Molaritas =  =
d. Fraksi mol zat terlarut =  =  = 0,1
e. Fraksi mol pelarut =  =  = 0,9

7.2 Lengkapilah table dibawah ini :
Zat terlarut
Gram zat terlarut
Mol zat terlarut
Volume larutan
Molaritas
NaNO3
25
A
B
1,2
NaNO3
C
D
16 L
0,023
KBr
91
E
450 ml
F
KBr
G
0,42
H
1,8

Jawab :
·        Mr. NaNO3 = Na(23) + N(14) + 3O(3x16) = 85
·        Mr. KBr = K(39) + Br(80) = 119
A =  =  = 0,3
B =  =  = 0,24 L
C = Mr. Zat terlarut x liter larutan x molaritas = 85 x 0,45L x 0,023 = 0,9
D =
 =  = 0,01
E =  =  = 0,76
F =  =   = 1,7
G = mol zat terlarut x Mr zat terlarut = 0,42 x 119 = 49,98 = 50
H =  =  = 0,23 L
DAFTAR PUSTAKA

Brady.1990. Kimia Dasar II. Gama Exact. Bandung.
Coles. 1996. Kimia Untuk Universitas. Rineka Cipta. Jakarta.
Hadyana, Aloysius. 2000. Fessenden & Fessenden, Kimia Organik 1. Jakarta. Erlangga.
Haryadi, W. 1996.Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Keenan, CW. 1999. Kimia untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.                
Ralph H. 1990. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan. Erlangga. Jakarta.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.
Sukarjdo, 1990.Kimia Larutan untuk Perguruan Tinggi.Yudhistira : Jakarta
Karyadi, Grenny. 1994. Kimia 2. Jakarta: DEPDIKBUD.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta
Tanjung naufal, 2011.” KIMIA untuk SMA kelas XI”.karanganyar,jawa tengah:maestro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar