LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
SISUSUN
Nama : Yoga Agung Pangestu
NPM : E1C014059
Prodi : PETERNAKAN
Kelompok : 5 (LIMA)
Hari/jam : Selasa/
14:00 wib
Tanggal : 11 November
2014
Ko-Ass : - Jhon fernanta Sipayung
-
Nofitri Yenti
Dosen : Fitri Elecrika Dewi S., STP, M,Sc
Objek Praktikum : CARA
MENYATAKAN KONSENTRASI
LARUTAN
LABORATORIUM
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat berbicara
masalah larutan, kita pasti berbicara juga tentang pelarut, dimana jumlahnya
lebih besar dan solut atau zat terlarut yang jumlahnya lebih kecil. Hal ini
sudah biasa namun tidak selalu dapat diikuti, kadang pelarutnya mempunyai
jumlah lebih kecil dari terlarutnya dalam beberapa kasus. Larutan H2SO4
contoh dari kasus ini. Kita menemukan bahwa air sebagai pelarut walaupun
kuantitasnya kurang dari H2SO4 (Rivai, 1995).
Larutan
dapat didefenisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih. Dalam
larutan (solution) dikenal dua macam
unsur, yaitu zat terlarut (solute)
dan zat pelarut (solvent). Adapun
larutan di dalam air dinamakan aqueous
solution. Biasanya kita mengambil zat yang banyak sebagai pelarut dan yang
sedikit sebagai zat terlarut. Karena fase yang ada berupa zat padat, cair, dan
gas, maka dikenal ada sembilan kemungkinan larutan. Adapun larutan yang penting
adalah : gas dalam cair, cair dalam cair,dan
padat dalam cair. Adapun di dalam
praktikum hanya akan dibahas larutan cair dalam cair (Sukardjo, 1990)
Konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat
terlarut banyak sekali, sedangkan zat pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan
bahwa larutan itu pekat atau konsentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila zat
yang terlarut sedikit sedangkan pelarutnya sangat banyak, maka dapat dikatakan
bahwa larutan itu encer atau konsentrasinya sangat rendah.(Brady, 1990)
Konsentrasi dari larutan dapat dinyatakan dengan
bermacam-macam cara. Cara-cara ini dapat dibagi dua, yaitu :
1. Massa zat terlarut dalam sejumlah massa pelarut
atau larutan, dan
2. Massa zat terlarut dalam sejumlah volume larutan.
Masing-masing mempunyai keuntungan, karena konsentrasi
di sini tidak dipengaruhi temperatur.
( Sukardjo,
1990 )
1.2 Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan
berbagai satan konsentrasi larutan.
2. Mampu
membuat larutan pada berbagai konsentrasi.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Bila dibandingkan dengan suspensi, dilihat dari ukuran partikel maka
larutan adalah kebalikan dari suspensi. Dalam suatu larutan baik dari zat
terlarut maupun zat pelarut ukurannya adalah sebesar molekul atau ion. Partikel
ini tersebar secara merata (Brady, 1990).
Konsentrasi larutan diperlukan untuk mengetahui
komponen-komponen dari larutan, dimana pada konsentrasi larutan ini menyatakan
kualitas zat pelarut (larutan), sehingga konsentrasi larutan harus menyatakan
butir-butir standarisasi yang digunakan untuk zat terlarut. Unsur pH, serta
konsentrasi pada zat terlarut dan pelarut sangatlah berpengaruh terhadap
pembuatan larutan dan standarisasinya (Coles, 1996).
Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah
suatu cairan yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Dalam
suatu titrasi satu cairan mengandung reaktan yang ditempatkan pada biuret.
Memakai skala titran yang ditambah dengan indikator mo. Indikator menandai
habisnya titras. Titrasi biasanya terjadi pada asam, basa dan ditandai dengan
adanya perubahan warna (Hadyana, 1990).
Proses standarisasi diperlukan untuk mengetahui besar
konsentrasi sesungguhnya dari larutran yang dihasilkan. Cara yang digunakan
bermacam – macam, yaitu misalnya titrasi dapat digunakan jika konsentrasinya
diketahui. Standarisasi secara titrasi dapat digunakan dengan bahan baku primer
yakni bahan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan murni
yang dilarutkan dalam volume larutan yang terjadi. Larutan yang dibuat dari
bahan baku primer disebut larutan bahan baku primer (Haryadi, 1996).
Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom, ataupun ion
dari dua zat atau lebih.Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya
dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga
tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan
mikroskop optis sekalipun (Keenan, 1999).
Menyebutkan
komponen-komponen dalam larutan saja tidak cukup memberikan larutan secara
lengkap, informasi tambahan diperlukan, yaitu konsentrasi larutan.banyak cara
untuk memerikan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat
terlarut dalam kuantitas zat pelarut (Ralph,1990).
BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
Adapaun alat dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain : pipet ukur, pipet gondok,
neraca analitik, botol semprot, kaca arloji, labu ukur, bola hisap, sikat
tabung reaksi, dan corong, H2SO4, NaCl, NaOH, Etanol, KlO3,
HCl, Asam Oksalat, dan Urea.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Membuat larutan NaCl 1 %
Menimbang
sebanyak 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian melarutkan dngan
aquades didalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.
3.2.2 Membuat larutan etanol 5 %
Mempipet
sebanyak 2,5 ml etanol absolut dengan pipet ukur, kemudian memasukkannya ke
labu ukur 50 ml. Tambahkan aquades sampai tanda batas. Kocok sampai homogen.
3.2.3 Membuat larutan 0,01 M KlO3 (Mr. 214
gram/mol)
Menibang
sebanya 0,107 gram KlO3 dengan neraca analitik, kemudian memasukkan
ke dalam labu ukur 50 ml, lalu melarutkan dengan aquades sampai tanda batas
labu ukur.
3.2.4 Membuat larutan 0,01 M H2SO4
(Mr. 98 gram/mol)
Mempipet
sebanyak 0,5 ml H2SO4 dengan pipet ukur, kemudian
mengencerkannya dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
Ø
Terlebih dahulu mangisi labu ukur 50 ml
dengan aquades, kira-kira 25 ml lalu menambahkan H2SO4 ke
dalam labu ukur. Selanjutnya menambahkan lagi aquades sampai tanda batas.
3.2.5 membuat larutan 0,1 N HCl (Mr. 36,5 gram.mol)
Mempipet
sebanyak 0,415 ml HCl 37% dengan pipet ukur, kemudian mengencerkannya dengan
aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
3.2.6 Membuat larutan 0,1 Asam Oksalat (Mr. H2SO4.2H2O.
126 gram/mol)
Menimbang
0,3151 gram asam oksalat dengan neraca anlitik, kemudian mengencerkannya dengan
aquades 50 ml sampai tanda batas.
3.2.7 Membuat larutan 1 N NaOH (Mr. 40 gram/mol)
Menimbang 0,2
gram NaOH, kemudian mengencerkan dengan aquades 50 ml sampai tanda batas.
3.2.8 Membuat larutan 1000 ppm Nitrogen (N2)
(Mr. Urea 60 gram/mol)
Menimbang
0,1086 gram urea, kemudian mengencerkan dngan auqades dalam labu ukur 50 ml
sampai tanda batas.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Membuat larutan NaCl 1 %
Menimbang
sebanyak 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian melarutkan dngan
aquades didalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.
4.2 Membuat larutan etanol 5 %
Mempipet
sebanyak 2,5 ml etanol absolut dengan pipet ukur, kemudian memasukkannya ke labu
ukur 50 ml. Tambahkan aquades sampai tanda batas. Kocok sampai homogen.
4.3 Membuat larutan 0,01 M KlO3 (Mr. 214
gram/mol)
Menibang
sebanya 0,107 gram KlO3 dengan neraca analitik, kemudian memasukkan
ke dalam labu ukur 50 ml, lalu melarutkan dengan aquades sampai tanda batas
labu ukur.
4.4 Membuat larutan 0,01 M H2SO4
(Mr. 98 gram/mol)
Mempipet
sebanyak 0,5 ml H2SO4 dengan pipet ukur, kemudian
mengencerkannya dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
4.5 Membuat larutan 0,1 N HCl (Mr. 36,5 gram.mol)
Mempipet
sebanyak 0,415 ml HCl 37% dengan pipet ukur, kemudian mengencerkannya dengan
aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.
4.6 Membuat larutan 0,1 Asam Oksalat (Mr. H2SO4.2H2O.
126 gram/mol)
Menimbang
0,3151 gram asam oksalat dengan neraca anlitik, kemudian mengencerkannya dengan
aquades 50 ml sampai tanda batas.
4.7 Membuat larutan 1 N NaOH (Mr. 40 gram/mol)
Menimbang 0,2
gram NaOH, kemudian mengencerkan dengan aquades 50 ml sampai tanda batas.
4.8 Membuat larutan 1000 ppm Nitrogen (N2)
(Mr. Urea 60 gram/mol)
Menimbang
0,1086 gram urea, kemudian mengencerkan dngan auqades dalam labu ukur 50 ml
sampai tanda batas.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
Membuat
larutan NaCl 1 %
(%
w/v) 

= 1 %
5.2
Membuat
larutan etanol 5 %
(%
v/v) 

=
4,76 %
5.3
Membuat
larutan 0,01 M KI03 (Mr. 214 gram/mol)
M
= 

= 0,01 M
5.4
Membuat
larutan 0,1 M H2SO4 (Mr. 98 gram/mol)
M
= 

= 0,1 M
5.5
Membuat
Larutan 0,1 NHCl (Mr. 36,5 gram.mol)
Gram
4

N


= 0,1 N
5.6
Membuat
Larutan 0,1 N asam oksalat (Mr. H2C2)4. 2 H20. 126 gram/mol)
BE
= 

=
63
N


=
0,1 N
5.7
Membuat
Larutan 1 N NaOH (Mr. 40 gram/mol)
N


= 0,1 N
5.8
Membuat
Larutan 1000 ppm Nitrogen (N2) (Mr.urea 60 gram/mol)
ppm = 0,1086 x 106
= 50 gram
ppm = 2172 / gram
Dari
perhitungan yang didapat, kami tidak dapat membandingkan dengan literature
lainya, karena ketidak tersediaanya literature yang membahas lengkap mengenai pembuatan
larutan tersebut satu persatu. Akan tetapi disini kami mendapati hasil yang
tidak jauh berbeda dari Buku Penuntun Praktikum sendiri. Hanya apabila ada
kesalaan, semata-mata faktor human error atau kesalahan pada saat perhitungan
iru sendiri yang dilakukan oleh praktikan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Konsentrasi
larutan adalah jumlah zat terlarut di dalam sejumlah larutan tertentu.
Berbagai macam satuan konsentrasi larutan dapat digunakan untuk menjelaskan
secara kuantitatif jumlah relatif dari zat terlarut dan pelarut.
Berbagai satuan konsentrasi larutan antara lain : Persen Berat (% w/w); Persen
Volume (% v/v); Persen Berat per Volume (% w/v); Part Permillion (ppm) &
Part Perbillion (ppb); Fraksi Mol (Fx); Molaritas (M); Molalitas (m); dan
Normalitas (N).
6.1.2 Pembuatan larutan dari bahan zat padat
dan bahan zat cair dengan berbagai konsentrasi dapat dilakukan dengan perlakuan secara
langsung dengan pelarutnya yang sesuai. Konsentrasi
dari larutan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam cara, yaitu massa zat
terlarut dalam sejumlah massa pelarut atau larutan dan massa zat terlarut dalam
sejumlah volume larutan.
6.2 Saran
Dalam
menyatakan konsentrasi larutan kita harus benar-benar mamperhatiakan jumlah dan
ukuran zat terlarut dan pelarut yang akan dipakai untuk membuat larutan
tersebut. Bacalah buku penuntun dengan cermat agar dapat menghasilkan larutan
yang diinginkan. Apabila membuat larutan lebih dari satu, jangan gunakan wadah
yang sama secara bergantian apabila belum dibersihkan karena dapat mempengaruhi
hasil larutan, atau bersihkan dulu wadah tersebut apabila ingin digunakan untuk
membuat larutan yang lain.
BAB VII
JAWABAN PERTANYAAN
7.1 Sebanyak 80
gram H2SO4 dilarutkan dengan 120 gram air. Diketahui : Mr
H2SO4 98 g/mol; Mr.air (H2O) 18 g/mol; BJ H2SO4
1,303 g/ml; BJ air 1 g/ml ; dan konsentrasi H2SO4 100%.
Hitunglah : a). Persen berat; b).Molalitas; c).Molaritas d).Fraksi mol zat
terlarut; e).Fraksi mol pelarut!
Jawab :
·
Mol zat terlarut =
=
= 0,82 mol


·
Mol pelarut =
=
= 6,7 mol


a. Persen berat =
=
= 40 %.


b. Molalitas
=
x
=
x
= 6,80 m




c. Molaritas
=
=

d. Fraksi
mol zat terlarut =
=
= 0,1


e. Fraksi
mol pelarut =
=
= 0,9


7.2 Lengkapilah table dibawah ini :
Zat terlarut
|
Gram zat terlarut
|
Mol zat terlarut
|
Volume larutan
|
Molaritas
|
NaNO3
|
25
|
A
|
B
|
1,2
|
NaNO3
|
C
|
D
|
16 L
|
0,023
|
KBr
|
91
|
E
|
450 ml
|
F
|
KBr
|
G
|
0,42
|
H
|
1,8
|
Jawab :
·
Mr. NaNO3 = Na(23) + N(14) +
3O(3x16) = 85
·
Mr. KBr = K(39) + Br(80) = 119
A =
=
= 0,3


B =
=
= 0,24 L


C = Mr. Zat
terlarut x liter larutan x molaritas = 85 x 0,45L x 0,023 = 0,9
D =
=
= 0,01
D =


E =
=
= 0,76


F =
=
= 1,7


G = mol zat
terlarut x Mr zat terlarut = 0,42 x 119 = 49,98 = 50
H =
=
= 0,23 L


DAFTAR PUSTAKA
Brady.1990. Kimia
Dasar II. Gama Exact. Bandung.
Coles. 1996. Kimia
Untuk Universitas. Rineka Cipta. Jakarta.
Hadyana,
Aloysius. 2000. Fessenden & Fessenden,
Kimia Organik 1. Jakarta. Erlangga.
Haryadi, W.
1996.Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT
Gramedia. Jakarta.
Keenan, CW. 1999. Kimia
untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Ralph H. 1990. Kimia
Dasar Prinsip dan Terapan. Erlangga. Jakarta.
Rivai, H. 1995. Asas
Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.
Sukarjdo, 1990.Kimia
Larutan untuk Perguruan Tinggi.Yudhistira : Jakarta
Karyadi, Grenny. 1994. Kimia 2. Jakarta: DEPDIKBUD.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Tanjung
naufal, 2011.” KIMIA untuk SMA kelas XI”.karanganyar,jawa tengah:maestro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar