Sabtu, 20 Desember 2014

titrasi asam dan basa



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

DISUSUN
Nama                                       : Yoga Agung Pangestu
NPM                              : E1C014059
Prodi                              : PETERNAKAN
Kelompok                      : 5 (LIMA)
Hari/jam                        : Selasa/ 14:00 wib
Tanggal                         : 11 November 2014
Ko-Ass                           : -    Jhon Fernanta Sipayumg
-         Nofitri Yenti
Dosen                            : Fitri Elecrika Dewi S., STP, M,Sc
Objek Praktikum                    : TITRASI ASAM DAN BASA



LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
            Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang telah diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga asam dan basa tepat habis bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan basa tepat habis disebut titik ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa dapat ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan konsentrasi tersebut disebut titrasi asam-basa.
            Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
            Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlemeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.

1.2 Tujuan Percobaan
1.      Mahasiswa mampu menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.
2.      Mahsiswa mampu menstandarisasi larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Day, 1990)
            Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumenteri, yaitu mengukur volume dari suatu asaam atau basa yang bereaksi (syukri,1999)
            Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant (Khopkar, 1990)
            Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat, dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memedai dalam hal ini hanya sedikit, disebut dengan standar primer (brady, 1998)
            Pada saat terjadi perubahan warna indicator, titrasi dihentikan.indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pada titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan indicator. Saat perubahan waarna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi (sukmariah, 1990).

BAB III
METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan
            Adapun alat dan bahan yang digunakan daalam praktium kali ini adalah sebagai berikut:
·        NaOH 0,1 M
·        HCL 0,1 M
·        H2C2O4
·        Indikator penolphetalein
·        Erlemeyer
·        Buret 50 Ml
·        Corong kaca

3.2 Cara Kerja
3.2.1 Standarisasi larutan NaOH 0,1 M
1.       Mencuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasi dan membilas dengan 5 ml larutan NaOH.
2.       Memutar kran buret untuk mengeluarkan cairan yang tersisah dalam buret.
3.       Mengisi buret dengan dengan 5 ml NaOH untuk membasahi dinding buret lalu mengeluarkan lagi larutan NaOH tersebut dari buret.
4.       Memasukan lagi larutan NaOH kedalam buret sampai skala tertentu dan mencatat volume awal NaOH dalam buret.
5.       Mencuci 1 erlemeyer, pipet 10 ml larutan asam oksalat 0,1 M dan memasukannya kedalam erlemeyer. Lalu menambahkan 3 tetes indikator penolphetalein (PP).
6.       Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlemeyer digoyang.
7.       Mencatat volume NaOH yang terpakai.
8.       Menghitung molaritas (M) NaOH.
3.2.2 Menentukan konsentrasi HCL
1.       Mencuci 1 erlemeyer, mempipet 10 ml larutan HCL 0,1 M dan memasukkannya kedalam erlemeyer.
2.       Menambahkan 3 tetes indikator penolphetalein (PP).
3.       Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas erlemeyer digoyang.
4.       Mencatat volume NaOH yang terpakai.
5.       Menghitung molaritas (M) HCL.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut :
4.1.1 Standarisasi NaOH dengan asam oksalat
NO
Prosedur

Ulangan
Rata-rata
I
II
III
1
Volume larutan asam oksalat
10 ml
10ml
10ml
10ml
2
Volume NaOH terpakai
11ml
10ml
10ml
10.33ml
3
Molaritas (M) NaOH
9.09
10
10
6.69M

4.1.2 Standarisasi NaOH dengan larutan HCL
NO
Prosedur
Ulangan
Rata-rata
I
II
III
1
Volume laruran HCl
10ml
10ml
10ml
10ml
2
Volume NaOH terpakai
10ml
11.8ml
9.2ml
10.33ml
3
Molaritas (M) NaOH
Berdasarkan hasil percobaan diatas
M
4
Molaritas (M) larutan HCl
0,07
0,07
0,07
0,07M


4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Standarisasi NaOH dengan asam oksalat
            Dari data hasil pengamatan pada bab sebelumnya, bahwa volume larutan asam oksalat yang digunakan pada ulangan I, II, III, adalah sama yaitu sebanyak 10 ml, sehingga volume rata-rata yang digunakan pada ketiga ulangan tersebut yaitu sebanyak 10 ml. Sedangkan volume NaOH yang terpakai pada saat titik ekivalen, yaitu ulangan I sebesar 19 ml, ulangan II sebesar 18 ml, dan ulangan III sebesar 20 ml. Sehingga volume rata-rata yang terpakai adalah sebesar 19 ml.
Untuk menentukan molaritas NaOH yang terpakai yaitu digunakan volume rata-rata dari asam oksalat 0,1 M dan volume rata-rata dari NaOH. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :
Vas.oksalatx Mas.oksalat = VNaOHx MNaOH
MNaOH  = 0,05 M.
Jadi, molaritas NaOH yang didapatkan adalah 0,05 M.
4.2.2 Standarisasi NaOH dengan larutan HCL
Dari data hasil pengamatan pada bab sebelumnya, bahwa volume larutan HCl yang digunakan pada ulangan I, II, III, adalah sama yaitu sebanyak 10 ml, sehingga volume rata-rata yang digunakan pada ketiga ulangan tersebut yaitu sebanyak 10 ml. Sedangkan volume NaOH yang terpakai pada saat titik ekivalen, yaitu ulangan I sebesar 9 ml, ulangan II sebesar 9 ml, dan ulangan III sebesar 10 ml. Sehingga volume rata-rata yang terpakai adalah sebesar 9,3 ml.
Untuk menentukan molaritas HCl yang terpakai yaitu digunakan volume rata-rata dari HCl dan volume rata-rata dari NaOH 0,05 M. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :
VHClx MHCl = VNaOHx MNaOH
MHCl =  = 0,0465 M = 0,05 M
Jadi, molaritas HCl yang didapatkan adalah 0,05 M.
Jika kita tinjau kembali data hasil pengamatan pada bab sebelumnya, maka kita dapatkan adanya perbedaan volume NaOH yang terpakai saat standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat ketika mencapai titik ekivalen, dimana pada ulangan I sebanyak 19 ml, ulangan II sebanyak 18 ml, dan ulangan III sebanyak 20 ml. Begitu juga saat standarisasi NaOH dengan larutan HCl, larutan NaOH yang terpakai ketika mencapai titik ekivalen pada ulangan I hingga Ulangan III terdapat perbedaan volume yang terpakai. Menurut Khopkar (1990), perbedaan data tersebut dapat disebabkan hal-hal sebagai berikut :
·        Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.
·        Kurang memadainya alat titrasi, misalnya ketepatan ketelitian alat kurang akurat.
·        Kurang tepatnya saat pembuatan larutan HCl ataupun NaOH karena tidak ada label yang menunjukan konsentrasi HCl maupun NaOH pada wadahnya.
·        Terjadinya skala buret yang tak konstan.
·        Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan warna indikator.

BAB V
PENUTUP


5.1  Kesimpulan
            Dalam praktikum kali ini saya sebagai praktikan menarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi asaam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan).
5.1.2 Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Larutan standar adalah larutan asam atau basa            yang mantap (konsentrasinya tidak mudah berubah)
5.2 Saran
Dalam melakukan proses titrasi sabaiknya kita memilih indikator yang tepat sesuai dengan larutan yang akan dititrasi. Dalam membuat larutan gunakanlah alat dengan ketelitian tinggi agar tidak melebihi atau mengurangi dari ukuran yang diinginkan. Amatilah proses titrasi dengan cermat dan teliti agar hasi titrasi tidak melebihi titik ekivalen yang diinginkan.


JAWABAN PERTANYAAN

1 Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen?
      Jawab :
Agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen maka harus memakai indikator saat melakukan titrasi. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
2 Jelaskan dengan singkat fungsi indiKator!
Jawab :
Fungsi indikator adalah agar kita mengetahui kapan titik ekivalen tercapai. Pencapaian titik ekivalen tersebut biasanya ditandai dengan perubahan warna menjadi merah muda. Saat itulah titrasi kita hentikan.
3 Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika tidak ditambah dengan indikator?
Jawab :
Jika tidak ditambahkan indikator maka reaksi tetap dapat berlangsung, misalnya reaksi antara NaOH dengan HCl maka akan tetap menghasilkan NaCl dan H2O. Namun dalam proses titrasi kita tidak dapat mengamati kapan titik ekivalen akan tercapai jika tidak ditambahkan indikator, karena tidak ada tanda perubahan warna yang terjadi jika tidak ditambahkan indikator.
4 Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi diatas!
Jawab :
·         Raksi asam oksalat dengan NaOH :
H2C2O4 + NaOHNaHC2O4  atau
H2C2O4 (aq) + 2 NaOH (aq)Na2C2O4 (aq) + 2 H2O
·         Reaksi NaOH dengan HCl :
NaOH + HCl          NaCl + H2O



5 jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar sekunder!
Jawab :
·         Larutan standar primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dalam proses pembuatannya larutan ini tidak perlu distandarisasi dengan larutan lain untuk memstikan konsentrasi larutan yang sebenarnya.
·         Larutan standar sekunder adalah larutan yang dipergunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain tetapi larutan standar tersebut harus distandariasi terlebih dahulu untuk memstikan konsentrasi yang sebenarnya.
6 Tuliskan syarat-syarat indicator dapat dipakai dalam suatu titrasi!
Jawab :
Syarat-syarat indicator agar dapat dipakai dalam titrasi adalah sebagai berikut :
·         Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi (yakni selisih antara titik akhir dan titik ekivalen).
·         Trayek indikator harus mencakup pH larutan pada titik ekivalen, atau sangat mendekatinya.
·         Perubahan warna harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan.
·         Trayek indikator harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva titrasi.



DAFTAR PUSTAKA
Brady, J.E. 1990. Kimia Universitas: Asas dan struktur jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Day, R, A. dan S. Keman. 1998.  Kimia Analisa Kuantitatif.  Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sukmariah. 1990.  Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta: binarupa Aksara
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2.  Bandung: ITB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar